Untuk beberapa daerah yang masih belum memiliki fasilitas mikroskop atau staf ahli yang berpengalaman, para dokter menggunakan tes antigen. Dengan menggunakan tes ini, setetes darah bisa mendeteksi keberadaan beberapa molekul yang dibuat parasit malaria yang kemudian dilepaskan ke dalam darah manusia. Sedangkan daerah yang tidak bisa membayar tes antigen, atau dimana setetes darah adalah hal yang tabu, dapat menggunakan metode baru untuk mendeteksi malaria. Tes tersebut adalah Maliva, yakni mendeteksi melalui air liur, yang penelitian yang dirilis tahun lalu.
Ide awal untuk menggunakan permen karet sebagai pendeteksi malaria adalah untuk memasukkan nanopartikel magnetik ke dalam permen karet. Ketika seseorang mengunyah permen karet, air liur mengandung molekul yang diproduksi parasit malaria, masuk ke dalam mulut. Nanopartikel magnetik berujung dengan antibodi yang menempel ke molekul. Setelah beberapa menit, permen karet akan dibuang dan ditempatkan pada strip kertas. Nanopartikel yang terikat pada protein malaria, akan menujukkan garis tipis. Apabila tidak ada garis, berarti tidak ada malaria.Fung dan koleganya berharap akan memiliki prototipe kerja Maliva tahun depan. Mereka berencana untuk memulai uji lapangan dengan permen karet sesudahnya. Menurut David Wong, seorang dokter di UCLA, proyek ini masih tahap awal, tapi merupakan ide yang menarik.Menggunakan air liur, bukan jarum suntik yang menyakitkan, akan menjadi trend dalam beberapa tahun ke depan, termasuk untuk mendeteksi penyakit lain selain malaria. "Ini hanyalah puncak gunung es," kata Wong. "Tidak ada alasan mengapa metode ini tidak dapat digunakan untuk mendeteksi kondisi lain juga."
sumber :http://www.kaskus.us/showthread.php?t=2972350
KOTAK KOMENTAR nb : jika kotak komentar tidak muncul, refresh aja gan (tekan F5)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar